Senin, 12 september 2010.
Hari pertamaku melangkahkan kaki untuk kuliah sebagai mahasiswa resmi Psikologi
disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Timur. Gedung kuliah yang megah
dan pepohonan yang mengiringi di kiri kanan setiap bangunan di kampus ini.
Aaah.. senang sekali. Tidak hanya karena diterima di kampus dan jurusan yang
sesuai dengan yang ku inginkan, tapi juga suasana sejuk, dingin, dan penuh
energi yang membuatku semakin bersyukur kepada Ilahi. Ooya… lupa. Namaku Enca Novemico, biasa
dipanggil Enca. Kebanyakan orang yang pertama mendengar namaku pasti berpikir
kalau aku ini cewek, padahal cowok ting ting. Tinggi 168 cm, warna
kulit sama dengan kebanyakan orang Jawa (coklat-coklat manis), model rambut mirip
Pasha Ungu, model bibir menurutku 11-12 dengan bibirnya Ariel Peterpan, dan
status JOMBLO.
Berhubung
anak rantauan, aku nge-kos
dengan temanku yang suka dipanggil Jun, padahal nama lengkapnya
Muhammad Junaidi. Tapi hanya aku yang memanggil dia dengan sebutan Juned. Lebih
cocok dengan karakter dia yang sok tau, keppo banget dan suka becanda. Sebenarnya hampir sama, aku juga seperti
itu orangnya, hanya saja jika berhadapan dengan orang yang belum dikenal atau
baru saja kenal tidak bisa seperti Juned. Maklum, dia anak Jurusan Sastra Indonesia
yang suka dengan teater dan sering tampil di panggung ketika SMA dulu, sudah
pasti dia PD banget jika berhadapan
dengan orang asing sekalipun. Tidak cuma teater, puisi, cerpen, novel, hampir
semua yang berhubungan dengan sastra dia pasti suka. Berbeda denganku yang
sukanya baca komik dan nonton anime. Ada lagi satu yang paling aku suka, tidur siang.
Sebagai
mahasiswa baru, hal yang mendasariku memilih jurusan Psikologi itu karena waktu
SMA aku sangat peka dengan perilaku / sifat teman-teman satu kelas. Bisa
dibilang aku bisa menebak apa yang mereka pikirkan pada saat-saat tertentu.
Bukan itu saja, waktu itu juga karena aku pandai nyomblangin
teman-temanku dengan calon pasangan mereka. Walau faktanya sampai sekarang aku
sendiri belum bisa punya pasangan. Nasib…
terdengar aneh, konyol dan tidak masuk akal alasan itu, But It’s my Choice and I like It!
“Bro, aku
duluan ya.. gedung kuliah mu yang ini kan?” Ucap Juned sambil menepuk sebelah
pundakku.
“Oke Ned..
gedungmu mana?”
“Masih
luruuus belok kiri, belok kanan notok..nahh disitu.” Sambil memperagakan
dengan tangannya.
“Ooh…
disitu.(Anggukku, padahal masih belum tahu dimana letakknya). Oke deh, Ntar kalau
pulang duluan jangan tidur dulu ya, Ned. Aku mau minta bantuan.” Pintaku ke Juned.
“Siipplah…”
Dan kamipun
bergegas menuju gedung kuliah masing-masing. Di hari pertama ini kebetulan
jadwal masuk kami sama, pukul 07.30. Berhubung masih Mahasiswa Baru, pukul 07.00
kami sudah sampai di kampus. Entahlah kalau sudah semester 3 dan seterusnya apakah
tetap bisa berangkat pagi seperti ini.
*******
Di kelas,
suasana hening seketika yang sebelumnya ramai dengan suara teman-teman yang
saling berkenalan disebabkan dosen pertama yang mengajar Matakuliah Psikologi
Umum hari ini sudah datang.
“Selamat
pagi..”
“Selamat
pagi, Pak.”
“Selamat
datang, selamat bergabung di Jurusan Psikologi. Nama saya Robert Sujarwo.
Kalian bisa memanggil saya Pak Robert.”
Aku
sendiri tidak tahu apa yang dipikirkan Pak Robert dengan percaya dirinya
berkata demikian. Bukan maksud menertawakan, tapi tahu lah, spontan
teman-teman satu kelas sedikit menahan tawa ketika mendengar nama dosenku
satu ini beserta nama panggilannya meskipun itu bagian dari nama lengkapnya. Ok Sir… We’re ready to Learn!
Sedang mood-mood nya untuk nerima pelajaran
pertama, eh.. ternyata tidak ada
materi yang diajarkan, karena masih pertemuan pertama yang ada hanya perkenalan
dan kontrak kuliah. Jadi boring dan garing di kelas, alhasil penyakitku pun
kambuh, kantuk! Maklum, kemarin nonton film sampai larut.
Tak menghiraukan apakah Pak Robert ini killer
atau tidak, karena aku juga belum bisa menganalisa seperti apa Pak Robert itu.
Yaaa.. biasalah.. orang Psikologi selain pintar menganalisa orang kadang pintar
juga menyembunyikan kepribadiannya… termasuk Pak Jarwo ini,eh..salah. Pak Robert #ngeles
Tiba-tiba
mata mulai tertutup. Gelap, sangat gelap dan beberapa waktu kemudian badan
serasa ditarik ke dalam lubang hitam dengan sangat cepat sehingga aku pun kaget
dan tersadar. Akan tetapi aku merasakan hal yang aneh saat membuka mata. Orang
– orang di dalam kelas sama halnya dengan ketika aku sebelum tertidur, tapi
saat kucoba melihat ke atas ruangan seperti berada di suatu tempat yang tidak
masuk akal. Seperti ada di luar angkasa, langit hitam penuh bintang. Tapi semua
orang di kelas termasuk Pak Robert serasa hal itu biasa saja dan hanya aku yang
bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.
“Mas yang ndlongop…
Siapa namanya?”
Bagi yang tidak
tahu apa itu ndlongop, itu merupakan bahasa jawa gaul yang artinya
kurang lebih wajah dengan pandangan kosong dengan mulut sedikit terbuka. Bahasa
Indonesianya mungkin bengong.
“Eh… Iya
Pak, nama saya Enca”
“Ohh..Mas
Caca.. “ Serentak seisi ruangan tertawa karena Pak Robert memanggil namaku
dengan ahh..tau sendirilah.
”Hehehe..Enca,
Pak.” Aku tertawa sedikit mengikuti suasana, tapi dalam hati ya astagfirullahhaladzim.
“Mas
Enca.. coba kamu jelaskan Pengertian Psikologi menurut Cliford T. Morga
!”
“Mampus dahh,… Siapa itu coba? Kenal aja enggak.”
Dalam hati
bicara seperti itu sambil memasukkan kelingking ke hidung. Eh.keliru,
sambil garuk-garuk kepala. Sembari berpikir jawaban pertanyaan dari Pak
Jarwo, aku jadi teringat kembali kalau tadi awalnya tidak ada materi yang
disampaika, hanya perkenalan dan kontrak perkuliahan saja,
“Kenapa tiba-tiba ada pertanyaan tentang itu? Dan yang lebih
aneh lagi kenapa atap ruang kelas bukan berupa atap melainkan seperti di luar
angkasa? Aaaarggh!”
Dengan
beberapa pemikiran yang membuat akal sehatku sedikit pusing ini, akhirnya aku
sadar bahwa sebenarnya aku belum benar-benar sadar. Bingung? Sama.. #becanda.
Kutarik kesimpulan kalau aku sekarang ini berada di dalam mimpi dan belum
terbangun dari tidurku yang sesungguhnya. Sekarang aku berada di mimpi dengan
atar tempat Ruang Kelas dengan tokoh-tokoh yang sama namun ada beberapa alur
cerita yang berbeda dan juga bagian atap yang berbeda pula. Hal itu ku sadari selain
dari hal-hal aneh yang sudah disebutkan di atas tapi juga aku melihat ada salah
seorang teman yang duduk di sebelahku memakai baju yang berbeda dari saat
pertama duduk dibangku.Pada akhirnya, aku dengan berani menjawab dengan lantang
dan keras pertanyaan Pak Robert, sebab aku tahu ini hanyalah mimpi.
”Enca ???”
Panggil Pak Robert dengan nada agak
marah.
“Iya pak..
jadi jawabannya itu… SAYA TIDAK TAHU!!!!!” Jawabku sambil teriak dan membuat semua yang
berada dalam ruang terdiam.
Perlahan Pak
Robert berjalan mendekatiku. Aku sih
santai-santai saja sebab tahu kalau ini semua mimpi. Dengan kumisnya yang tebal
itu Pak Robert memandangiku tepat di depan wajahku. Pikirku romantis banget nih Scene, berhadapan
wajah jarak Cuma 5 mm (karena 5 cm sudah terlalu mainstream) tapi tidak dengan
Pak Robert juga kaliii… Aku yakin
Dosen dimimpi ku ini akan teriak atau minimal marah-marah. And yup, that’s True..
“KAMU
JAWAB APA TADII???? ‘SAYA TIDAK TAHU?’ MEMANGNYA KAMU SIAPA,HAAA??“
Buju buseet… hal yang tidak asyik dalam
mimpi atau pun dalam realitapun terjadi. Dimarahin?
Bukan.. tapi terkena semburan (tidak perlu dijelaskan dalam wujud
gas,cair,atau padat semburan itu.. tau sendirilah)
“Saya Enca Novemico, MAHASISWA PSIKOLOGI YANG INGIN SUKSES SEPERTI MARIO
TEGUH.”
Teriakku balik ke Pak Robert sambil menutup mata agar tidak terkena
semprot lagi kalau orangnya menjawab kata-kataku tadi)
1 detik, 2
detik, 3 detik, 4 detik… berdetik – detik kemudian tak terdengar apa-apa di
telingaku. Entah itu suara Pak Robert atau teman-teman sekelasku. Hening..
perlahan ku buka mata.
dan Tarraaaaaaa………….. (sound effect).
Ternyata aku sudah berada di tempat
lain yang sepertinya sudah tak asing lagi, tapi dimana ya ??
Next episode >>